KUNINGAN – Jurkamnas TPN Ganjar-Mahfud, Oktafiandi kembali menggelar Training of Trainer (ToT) yang melibatkan ratusan orang relawan Baraya Kang Okta (BKO) di Kecamatan Kadugede, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat.
Dalam kegiatan yang juga dihadiri mantan Bupati Kuningan Acep Purnama, Oktafiandi yang merupakan caleg DPR RI Dapil Jabar X dari PDIP ini menekankan beberapa poin penting. Ia menjelaskan, calon presiden dan wakil presiden Ganjar-Mahfud memiliki misi yang akan mengedepankan kedaulatan pangan.
“Seperti yang termaktub dalam dokumen setebal 62 halaman tentang visi misi, pasangan Ganjar-Mahfud menjamin ketersediaan pangan dari dalam negeri, aman, berkualitas, murah dan terdiversifikasi berbasis kearifan lokal serta mendukung Desa Mandiri Pangan. Memastikan pangan murah melalui stabilisasi harga pangan,” jelas Okta
Kemudian, masih Okta, dalam program lahan subur untuk petani, Ganjar-Mahfud juga berjanji menghentikan alih guna lahan untuk memastikan lahan subur dan lahan produktif diberikan kepada petani kecil dan buruh tani, serta diperkuat dengan pengelolaan tata ruang yang adil dan berkelanjutan.
Poin lain yang juga menjadi penegasan Okta, yaitu terkait soliditas relawan di lapangan dalam mengawal suara Ganjar-Mahfud, baik itu di saat menjelang Pemilu, di TPS, dan juga pasca Pemilu.
“Mari kita kawal kemenangan Ganjar-Mahfud. Jangan mundur karena diintimidasi, apalagi kalau hanya sekadar ditakut-takuti,” ujar Okta.
Okta menggambarkan, perjuangan memenangkan Ganjar-Mahfud mirip dengan situasi 2014 lalu ketika Jokowi maju jadi presiden. Latar belakang Jokowi sebagai orang biasa yang sama dengan Ganjar, dulu dipandang sebelah mata oleh lawan-lawan politik.
”Kondisi sekarang sama dengan kondisi ketika 2014 kita memenangkan Jokowi dulu. Kala itu semua lembaga survei juga tidak ada yang memenangkan Jokowi. Semua elit tidak yakin Jokowi akan menang. Semua kekuasaan berkumpul di seberang Jokowi, hingga koalisi partai juga koalisi kecil. Sama persis dengan Ganjar hari ini,” jelas Okta.
Lebih lanjut Okta menyampaikan, ketika itu Tuhan dan rakyat berkehendak untuk memenangkan Jokowi.
“Hari ini juga begitu. Biarkan saja mereka menari di atas alunan musik gombalan yang diciptakan sendiri oleh mereka untuk menyenangkan calon mereka. Nanti tarian mereka akan berhenti sendiri bersamaan dengan gendang rakyat untuk kemenengan Ganjar-Mahfud,” ungkap Okta.
Menurut Okta, rakyat sudah jenuh dengan perilaku elit yang tidak lagi mengindahkan nilai etika dan adab ketimuran.
“Perlahan rakyat sudah mulai melawan. Seperti di Gunung Kidul kemarin. Para oknum laki-laki dilabrak oleh emak-emak berdaster untuk membela rakyat yang hendak diamankan oleh oknum,” jelas Okta.
Sebagai salah satu kandang Banteng di Jawa Barat, Okta mengajak relawannya di Kuningan untuk tidak lengah dan selalu waspada.
“Kuningan itu kandang Banteng. Kita buktikan, siapa yang mengusik Banteng siap-siap kena seruduk. Kemenangan Ganjar-Mahfud adalah kemenangan rakyat,” kata Okta.
Seusai acara, Okta membeberkan, relawan semakin bersemangat setelah melihat Mahfud MD mengundurkan diri dari Kabinet Jokowi. Menurutnya, keputusan Mahfud MD mundur dari posisi Menko Polhukam mengajarkan integritas kepada masyarakat.
“Masyarakat sangat mengapresi langkah Prof Mahfud mundur dari kabinet Pak Jokowi. Langkah itu dinilai penting untuk menjaga demokrasi dan menjadi pemimpin yang demokratis,” jelas Okta.
Okta mengaku merasakan aura semangat perjuangan di Kuningan. Hal itu menurutnya terlihat dari antusiasme peserta yang hadir meskipun cuaca kurang baik.
“Saya meminta semangat hari ini bisa ditularkan ke tetangga, keluarga, dan teman-teman semua. Saya yakin jika Acep Purnama telah bersatu di satu panggung hari ini, Ganjar-Mahfud bisa menang 50 persen lebih di Kabupaten Kuningan,” kata Okta
Aktivis GMNI Jabar yang juga anggota DPRD Kuningan, Rana Suparman yang turut hadir juga mengajak masyarakat Kuningan untuk bersama-sama menjaga demokrasi yang diperjuangkan lewat reformasi 1998.
Menurut Rana, reformasi adalah wujud perlawanan rakyat atas kepemimpinan nasional yang bertangan besi dan mema
nfaatkan hukum untuk kepentingan pribadi.
“Hari ini demokrasi seolah mundur ke zaman Orba. Undang-undang dan hukum dibajak untuk kepentingan kekuasaan. Untuk itu hanya ada satu kata. Lawan!,” kata mantan Ketua DPRD Kuningan.
Selain itu, Rana juga mengimbau masyarakat untuk memilih Presiden-Wakil Presiden yang jelas memperjuangkan wong cilik, bukan pemimpin yang menyogok suara rakyat dengan bansos.
“Pemimpin nasional itu harus punya visi dan misi yang jelas, dan sosok itu ada dipasangan Ganjar-Mahfud. Pemimpin itu gak cukup cuma joged-joged gemoy aja. Saya tekankan, jangan pilih pemimpin yang membeli suara rakyat dengan paket sembako,” ujar Rana.
Untuk itu, Rana kembali mengajak seluruh relawan dan kader PDIP untuk solid memenangkan Ganjar-Mahfud.
“Kita harus solid, kita harus yakin menang. Jangan sampai bangsa ini dipimpin oleh mereka yang mengangkangi hukum, memukul mundur demokrasi, bisa-bisa nanti kita diinjak-injak oleh oligarki,” jelas Rana.
Adapun tokoh legendaris Kuningan, Acep Purnama yang turut hadir mengimbau seluruh kader PDIP untuk tetap solid dan tegak lurus pada arahan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri.
“Dari dulu banyak yang meremehkan kita. Tapi takdir sejarah membuktikan kita mampu menjawab tantangan sejarah itu. Kita berhasil menang dua kali, dan tidak tertutup kemungkinan kita bisa meraih hattrick di Pemilu 2024 ini. Kuncinya solid dan yakin dengan arahan Bu Ketum (Megawati),” ungkap Acep.
Sementara itu, istri Acep Purnama yang saat ini maju menjadi caleg DPRD Provinsi Jabar dari PDIP, Ika Siti Rahmantika, mengimbau perempuan untuk ikut berpartisipasi dalam pembangunan bangsa ke depan.
“Politik bukan hanya persoalan bapak-bapak. Ibu-ibu, kaum perempuan harus mengambil perannya. Saya berharap partisipasi politik perempuan di Pemilu 2024 ini semakin meningkat,” ujar Ika.
Turut hadir juga dalam acara tersebut Ketua PAC PDIP Kadugede Elah Hayati dan Ketua Taruna Merah Putih (TMP) Kuningan Alan Suwgiri. (red)